Kamis, 16 Mei 2013

M. Natsir dan Mosi Integral


Muhammad Natsir lahir di Alahan Panjang, Lembah Gumanti, Kabupaten Solok, Sumatera Barat 17 Juli 1908. Beliau merupakan pendiri sekaligus pemimpin partai Masyumi. Natsir lahir dan besar di Solok sebelum akhirnya pindah ke Bandung untuk melanjutkan sekolah SMA dan mempelajari ilmu islam secara luas di perguruan tinggi. Pada 3 januari 1946 natsir di tunjuk sebagai menteri penerangan pada kabinet syahrir I, natsir menjabat sebagai menteri penerangan dalam empat kabinet yang berbeda.

M Natsir merupakan tokoh yang mengajukan mosi integral. Mosi integral merupakan sebuah keputusan parlemen mengenai kesatuan sebuah negara. Ketika agresi militer belanda II M. Natsir ikut ditahan bersama Soekarno, Bung Hatta, Agus Salim. Namun penahanan ini berakhir sesuai dengan hasil perjanjian Roem-Royen yang ditanda tangani 7 Mei 1949. Dalam perjanjian Roem-Royen juga disepakati adanya pelaksanaan konferensi meja bundar.

Perjanjian Roem-Royen membuat kecewa PDRI karena merasa dilangkahi begitu saja. Mendengar hal itu Hatta dan Natsir berangkat ke Aceh untuk menemui sjafruddin prawiranegara namun tidak bertemu. kemudian pencarian sjafruddin dilanjutkan oleh natsir, yang kemudian berhasil menemui sjafruddin. Natsir ditugaskan untuk membujuk sjafruddin supaya kembali menyerahkan tampuk kekuasaan ke soekarno. Permintaan Natsir dituruti oleh sjafruddin untuk menyerahkan mandat ke Soekarno dan kembali ke yogyakarta.

Ketika meja bundar menghasilkan pemerintahan RIS (republik indonesia serikat) banyak rakyat indonesia tidak setuju dengan pembagian daerah menjadi negara bagian. Maka disini natsir berperan melobi daerah atau negara bagian untuk menjadi negara kesatuan RI. Setelah Natsir yakin bahwa usulan nya untuk membentuk negara kesatuan RI tidak akan di tolak, natsir langsung menyampaikan pidato dihadapan sidang parlemen RIS 3 April 1950.